Rabu, 08 April 2020

Keranjang Endog Jadul, dibuang sayang

Assalamu'alaikum..... 👩
pembaca, saya menemukan harta karun ini di gudang milik Almarhumah ibu saya. Sebenarnya ini wadah endog atau tempat telur. Wadah bulat yang terbuat dari anyaman kawat ini, sekarang mulai langka di pasaran, mungkin hanya keluarga-2 sepuh saja yang masih memilili.
Inipun saya temukan ketika saya bersih-bersih gudang almarhumah ibu. Oh ya, ibu saya dulu tukang catering alias perempuan yang suka masak, kemudian banyak yang suka dengan masakannya, dan akhirnya pada pesen. Kalau jaman now, ya jualan dengan sistem online mulut ke mulut. 
Karena semakin banyak yang pesen akhirnya ibu saya sering dipesenin masakan dalam jumlah banyak, dari situlah awal mulanya ibu saya punya usaha catering, dengan aneka masakan rumahan. Ada sayur lodeh, sayur asem, oseng kikil, sambel goreng krecek, ini menu andalan, dan masakan lainnya, dengan lauknya tempe, tahu goreng, ayam goreng, ikan asin, ayam goreng, ikan goreng, dll.
Jadilah saya mewarisi keahlian ibu saya ini, meski belum berani buka catering tapi alhamdulillah masakan saya mulai disukai oleh temen-teman saya, kemudian tetangga rumah dan akhirnya dari promosi mulut ke mulut lah masakan saya bisa diterima oleh teman-teman saya.

kok jadi ngomongin masakan ya kitaaa.......(tertawa)😄😄

Kembali ke wadah endog jadul. si wadah endog ini meski sudah berusia lebih dari 10 tahun, saya yakin karena dia ada sejak ibu saya masih ada, ga karatan loh pemirsah. entah kanapa, bahannya tetep awet, ga berkarat, ga ada yang "njepat" kawatnya, njepat ki opo?(bahasa jasa). Njepat itu ada kawat yang keluar dari ulirnya. Jadi kesimpulannya masih bagus.

Saya masih ingat, dulu ibu saya kalau beli telur paling banyak 3 butir. Sementara anaknya ibu ada 7. nah kalau sudah begini, mau dimasak apa saja serba ngga cukup. Akhirnya ibu rebus telur2 itu dan setelah mateng, satu telur dibagi menjadi 4. Karena saya punya dik 3 maka adik2 saya akan mendapat setengah bagian telur, jadi lebih besar dari jatah saya, Itupun kita bahagia sekali. Sambil menimang sepiring nasi, ada telur rebus sedikit dan ada kecap manis sama garam. begitu cara makan kami, telur dicocol di kecak dan garam kemudian dijilat saja sambil ngemplok nasi. jadi sampai nasi habis di telur rebus itu masih ada, dan akhirnya kami gado(bahasa jawa). opo kui gado? dimakan tanpa nasi sebagai gong(pengakhiran) makan kami. enak tah? enak, enak banget..💓

dan sekarang si wadah endog ini disamping saya gunakan untuk wadah telur, kadang juga saya pakai untuk wadah sayuran seperti di foto itu. jadi keliatan apik dan artistik ya......halah opo kui, wis pokok e apik pisan. 
Jadi kalau pembaca menemukan barang-barang peninggalan orang tua jangan langsung dibuang. manfaatkan sepanjang masih bisa dimanfaatkan, daripada beli barang dengan fungsi yang sama. 

Sampai disini saja ya pemirsah cerita tentang si wadah endog jadul, kata saya mah, semakin jadul barang, semakin mahal, bukan hanya harganya tetapi lebih kepada historinya, atau cerita dibalik barang itu. bisa menjadi sebuah kenangan yang waktunya tidak bisa kita putar kembali.

Terima kasih pemirsah, sudah mampir ke blog saya, silahkan komen kalau suka, silahkan like kalau suka, terima kasih banyak, semoga pemirsah selalu sehat. Aamiin Ya Robbal Alamin. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar